Laman

Rabu, 24 November 2010

Ahh Dasar Perek, Cewe Murahan Cewe Ga Tau Malu...!!!

Perek adalah seseorang yang Monoamor dan sex positif,
Perek adalah apa yang kamu pikir tentang diri kamu sendiri,ketika cowok/cewek yang cuma kamu cium berkoar kalo udah ngesex sama kamu,
perek adalah sebutan dari teman2 kamu ketika mereka mikir kamu udah nyium terlalu banyak cowo,
Perek adalah sebutan dari mantan kamu ketika dia tau kamu ngesex sama orang laen,
perek itu suka penis dan vagina,
perek itu seneng, dan sering making out,
perek itu ngenang masa masa One Night Stand sambil ketawa ketawa,
perek itu, ketika kamu semangat diatas kasur,
perek itu berada di suatu ruangan yang dipenuhi pacar dan mantan,

perek itu memiliki kontrol dalam kehidupan sex personal,

perek adalah sebuah peran,
perek adalah ketika saya ngesex,
perek adalah ketika saya "Baik"
perek adalah ketika saya "Nakal"
perek adalah ketika saya mendapatkan tamparan,

perek adalah ketika saya merasa terangsang saat diikat atau dijambak,
perek adalah ketika saya tidak menyukai kondom,karena ia tidak menyenangkan bagi saya dan pasangan saya
perek itu gadis murahan, atau minimal gadis yang ga tau malu,

perek adalah sebutan yang ditempelkan oleh para moralis pada saya,

Tapi saya bukan mereka, jadi peduli apa...???
perek menjadi identitas; atau setidaknya peran yang saya jadikan mainan diranjang

Euthanasia

Eutanasia atau suntik mati merupakan praktek pencabutan kehidupan manusia atau hewan melalui cara yang dianggap tidak menimbulkan rasa sakit atau menimbulkan rasa sakit yang minimal, biasanya dilakukan dengan cara memberikan suntikan yang mematikan. Pertama - tama hal ini dilakukan untuk pengganti hukuman mati, diibaratkan dengan suntik mati maka tidak akan merusak jasad si korban.

Di beberapa negara, tindakan ini dianggap legal, sedangkan di negara-negara lainnya dianggap melanggar hukum. Hukum di Indonesia tidak memperbolehkan rumah sakit dan dokter mengabulkan permohonan eutanasia. Kode etik kedokteran di Indonesia mewajibkan dokter dan rumah sakit menghargai nyawa seseorang.Meskipun eutanasia mengakiri kematian yang dianggap mati dengan tenang dan mudah.

Kondisi pasien yang sudah sampai fase terminal (fase akhir ketika penyakitnya tak mungkin diobati), pasien mengalami penderitaan atau kesakitan yang hebat, seakan malaikat sudah di dekatnya untuk mencabut nyawa, bukanlah alasan yang tepat untuk melakukan tindakan eutanasia ini. Meskipun itu merupakan permintaan dari pihak keluarga itu sendiri, sungguh ini merupakan tindakan yang tidak bermoral. Saat si sakit yang dalam hatinya ingin sembuh dan ingin sehat (meskipun sudah dalam keadaan tak sadarkan diri, koma, atau mati suri mungkin), justru kita yang sehat merasa menyerah
dan punya niat ingin mengakhiri hidupnya. Sungguh ironis. Tak seorangpun ingin sakit, menjadi lemah, terbaring tak berdaya di kotak 2 x 1 meter dengan dipenuhi alat bantu medis.

Berbagai alasan dikemukakan oleh beberapa orang, mulai dari ketidakpastian kesembuhan, hidup dan mati si pasien, sampai yang menyangkut masalah ekonomi. Orang yang sakit sepertinya selalu dijadikan kambing hitam dan seakan - akan jadi beban keluarga. Biaya rumah sakit dan berobat yang tidak murah membuat orang lain ikut merasa tertekan dan merasa dirugikan. Memang pengeluaran untuk berobat merupakan kebutuhan yang tidak terduga apalagi bagi keluarga yang mempunyai tingkat ekonomi pas - pasan, tapi apalah artinya uang yang kita keluarkan tak sebanding dengan ekspresi /
senyum si pasien yang sehat dan bisa beraktivitas kembali seperti biasa. Sangat tidak ternilai oleh berapa juta rupiah, berapa ribu tetes keringat.

Pihak Rumah Sakit pun seharusnya ikut membantu, diharapkan tidak tinggal diam jika ada kejadian pasien tidak mampu, memberi kemudahan, tidak mempersulit birokrasi yang sudah ribet. Keluarga pasien pun juga harus aktif dan kerja keras, jika memang merasa tidak mampu untuk membayar biaya pengobatan, sebaiknya meminta keringanan atau meminta bantuan pada beberapa lembaga yang terkait. Memang repot dan sulit, tapi yakinlah semua bisa, itu demi keluarga, demi orang - orang tercinta.